Assalamualaikum wr wb....
Yep, saya mau berbagi beberapa tugas yang pernah saya kerjakan semasa kuliah (menuju tahu terakhir di kampus wkwk) dimulai dari tugas industri ini^^
FYI, beberapa data disini seperti harga dll saya cari sendiri, survei di supermarket di Surabaya! Tapi untuk produktivitas dll, saya dapat dari dosen saya berupa data mikro dan pembagian PSID dll bisa dilihat di KBLI, saya lupa antara KBLI 2013 atau 2015. Full document beserta perhitungan CR dll bisa dilihat di link ini, segera saya update!
Dimohon untuk memasukan referensi ini ya, saling menghargai karya ilmiah masing masing:)
Zakia, Arivia F. (2017). Structure Conduct Performance Industri Kertas Tisu (DISIC 17091).
17 INDUSTRI
KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS
Industri
yang termasuk golongan pokok ini mencakup industri pembuatan bubur kayu,
kertas, dan produk kertas
olahan. Pembuatan dari produk-produk
tersebut dikelompokkan bersama karena
merupakan satu rangkaian proses pengolahan yang berkaitan.
170
INDUSTRI KERTAS DAN
BARANG DARI KERTAS
Golongan
ini mencakup pembuatan bubur kertas yang dikelantang, semi kelantang atau tidak dikelantang
dengan proses mekanik dan serat kimiawi, pemisahan tinta dan pembuatan bubur
kertas dari limbah kertas, jasa pembuatan
kertas dan papan kertas yang ditujukan untuk pengolahan lebih lanjut.
1709 INDUSTRI
BARANG DARI KERTAS DAN PAPAN KERTAS LAINNYA
17091 INDUSTRI
KERTAS TISSUE
Kelompok
industri
ini mencakup usaha pembuatan kertas untuk kertas rumah tangga, kertas kebersihan pribadi dan
barang kertas kapas selulosa, seperti tisu
pembersih,
facial tissue, toilet tissue, lens
tissue, sapu tangan, handuk, serbet,
kertas
toilet, napkin dan napkin untuk bayi dan cangkir, piring dan baki dan usaha pembuatan kertas kapas dan
barang dari kertas kapas, seperti
handuk/lap,
tampon dan sebagainya dan kertas sigaret dan cork tipping paper.
A.
Structure
Industri Kertas Tisu
Karakteristik struktural industri
kertas relatif berubah secara lambat. Berikut ini analisis variabel struktur
dalam industri kertas tisu, antara lain:
1. Number of Seller
Berdasarkan data
survei tahunan perusahaan industri manufaktur tahun 2009, terdapat 34
perusahaan dalam industri kertas tisu. Industri kertas tisu tersebar di
beberapa daerah di Indonesia seperti dua perusahaan di Sumatra Utara, empat
perusahaan di Riau, tujuh perusahaan di Jawa Tengah, tujuh perusahaan di Jawa
Barat, enam perusahaan di Banten, delapan perusahaan di Jawa Timur. Industri
kertas tisu masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan sebagian kecil berada di
Pulau Sumatra.
2. Entry and Exit
Condition
Kelompok industri kertas tisu
terdiri dari berbagai sub, yaitu tisu pembersih, facial tissue, toilet tissue, lens tissue, sapu tangan, handuk,
serbet, kertas toilet, napkin dan napkin
untuk bayi dan cangkir, piring dan baki dan
usaha
pembuatan kertas kapas dan barang dari kertas kapas . Dalam sub-kelompok facial
tissue¸ kondisi keluar masuk perusahaan cenderung ketat. Pasar yang telah
mengenal beberapa merek tisu wajah saja menjadi hambatan bagi produsen kertas
tisu yang ingin masuk ke pasar. Namun, seiring dengan permintaan dan pangsa
pasar kertas tisu di Indonesia yang terus tumbuh, saat ini banyak perusahaan
yang memasuki industri ini, baik di sub-kelompok napkin tissue atau tisu toilet yang relative lebih mudah untuk
masuk.
Berkaitan dengan kondisi keluar,
saat ini perusahaan kertas tisu yang menjadi anggota Asosiasi Pulp dan Kertas
Indonesia berjumlah 16 perusahaan. Beberapa perusahaan dari 34 perusahaan di
industri ini tidak bergabung dengan APKI, dan beberapa diantaranya keluar dari
pasar atau mengalami kesulitan usaha. Salah satu contoh perusahaan yang sedang
berusaha kembali ke pasar dan memperbaiki masalah finansialnya adalah PT Kertas
Leces. Pada tahun 2015 lalu perusahaan memutuskan untuk memberhentikan beberapa
produksinya dan beberapa karyawan menuntut hak hak mereka. Di tahun yang sama,
manajerial PT Kertas Leces menunjuk tim transisi yang terdiri dari 22 orang
untuk menangani masalah financial yang belum sepenuhnya tertangani.
3.
Product differentiation
Produk dalam
industri kertas tisu memiliki bentuk, karakteristik, dan ukuran yang hampir
sama. Seperti napkin tissue yang
umumnya berbentuk segi empat, tisu wajah yang berbentuk persegi panjang, tisu
toilet berbentuk rol, dan sebagainya. Diferensiasi produk yang dilakukan oleh
perusahaan dalam industri kertas tisu adalah packaging, dan branding
(pembahasan lebih lanjut terdapat pada bagian Conduct-product design,
branding, advertising and marketing) yang menjad pembeda dan ciri khas yang
mudah dikenali oleh konsumen.
4.
Vertical Integration and Diversification
Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan
dalam industri kertas mengurangi produksi kertas alat tulisnya. Hal ini
dikarenakan pangsa pasar dan permintaan kertas alat tulis seperti HVS dan lain
lain mulai berkurang, sehingga produsen kertas alat tulis mulai mengurangi
produksinya dan melakukan diversifikasi produk ke kertas pembungkus makanan dan
tisu. Menurut Tim Ahli Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia Misbahul Huda
(Surabaya Bisnis:2017), diversifikasi yang dilakukan mencapai angka 10% hingga
20% sebagai akibat dari penurunan pangsa pasar kertas alat tulis rata-rata 5%
dan pertumbuhan permintaan kertas tisu 5% sampai 6% pertahun.
Selain
diversifikasi produk dari kertas alat tulis ke kertas tisu, beberapa perusahaan
dalam industri kertas tisu juga melakukan vertical
integration, salah satunya adalah Asian Pulp&Paper, anak perusahaan
Sinarmas Group. Asian Pulp&Paper memiliki beberapa anak perusahaan yang memproduksi
bubur kertas (pulp), kertas tisu, dan lain lain sehingga dalam memproduksi
kertas tisu menggunakan bubur kertas dari perusahaan yang berada dalam satu
grup.
B.
Conduct
1. Business
Objectives
Tujuan
utama perusahaan adalah memaksimumkan profit atau laba. Secara khusus, beberapa
perusahaan di industri kertas ini memiliki
tujuan lain seperti PT The Univenus, PT Pindo Deli Paper & Pulp, dan PT
Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry (Grup Sinarmas) yang memiliki tujuan
konservasi dan pelestarian lingkungan, Selain itu, tujuan bisnis perusahaan
adalah mengembangkan research and
development agar produk kertas yang dihasilkan lebih murah dan lebih rmah
lingkungan.
2. Pricing Policies
Hasil perhitungan Concentration Ratio (Lampiran 1) menunjukkan
bahwa struktur pasar industri kertas tisu cenderung oligopoly ketat. Dalam
pasar oligopoli, terdapat market leader
yang menentukan harga, salah satunya pada sub-kelompok tisu wajah. Tisu dengan
harga jual tertinggi hampir di semua toko maupun supermarket adalah Paseo (PT
Pindo Deli Paper & Pulp, anak perusahaan Asia Pulp & Paper) dan Tessa
(PT Graha Kerindo Utama, anak perusahaan Kompas Gramedia). Dua produk ini
menguasai pangsa pasar tisu Indonesia karena telah dikenal luas oleh
masyarakat. Produk tisu lain seperti Montiss (PT Sopanusa Tissue &
Packaging Sarana Sukses) dan Nice (PT The Univenus) memberikan harga produk
dibawah Paseo dan Tessa.
Hal yang sama juga terjadi pada
sub-kelompok tisu roll (bathroom)
tisu perjalanan (berisi antara 80-200 lembar perpak) dan tisu poket. Paseo dan
Tessa tetap menjadi price leader
dengan harga tertinggi diantara tisu yang mudah dibeli di pasaran. Namun,
sedikit berbeda pada napkin tissue, market leader sulit ditemui, karena
persaingannya tidak seketat tisu wajah dan tisu rol.
3. Product design,
branding, advertising and marketing
Seperti
yang telah dijelaskan pada diferensiasi produk (Halaman 2) ukuran dan produk
dari industri ini hampir sama, tisu dengan fungsi utama yang berbeda. Salah
satu strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan terletak pada desain
produk. Desain produk disesuaikan dengan hal hal yang sedang menjadi tren di
masyarakat. Salah satu contohnya adalah Tessa dan Paseo dengan desain produk
menggunakan karakter dalam film animasi. Disisi lain, tisu Nice dan Jolly
memiliki desain produk yang biasa, hanya dengan kombinasi warna dan bentuk.
Terkait pula dengan branding, Paseo
memiliki tisu dengan desain anak bebek sehingga kesan dari Paseo adalah lembut.
Tessa memiliki desain bunga, yang bertujuan hampir sama dengan Paseo yaitu branding ke konsumen bahwa tisu Tessa
lembut dan wangi seperti bunga.
Perusahaan
tisu juga melakukan advertising
melalui iklan di televisi dan media lainnya. Strategi pemasaran yang digunakan
diantaranya promosi ke konsumen atau bekerja sama dengan minimarket atau supermarket
untuk memberikan potongan harga. Selain itu, untuk meningkatkan produksi dan
penjualan, perusahaan mengadakan kerjasama dengan private label seperti tisu Alfamidi yang memiliki produk tisu yang
diproduksi PT Univenus dan tisu Carrefour yang diproduksi oleh PT Sopanusa
Tissue & Packaging Sarana Sukses.
4. Merger
Meskipun
produk yang dihasilkan cenderung sama atau memiliki kemiripan, beberapa
perusahaan dalam industri kertas tisu melakukan merger. Perusahaan dalam industri kertas tisu yang melakukan horizontal merger adalah PT Graha
Cemerlang Paper Utama dan PT Graha Kerindo Utama yang berada dalam Grup Kompas
Gramedia serta PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry, PT Pindo Deli Paper
& Pulp, dan PT The Univenus yang tergabung dalam Asia Pulp & Paper
milik Grup Sinarmas. Dengan adanya merger
di kedua grup ini, konsentrasi penjualan dan pangsa pasar sebagian besar
dimiliki oleh kedua grup.
C.
Performance
1. Profitability
Total
profit yang didapatkan industri tisu berdasarkan data survai tahunan manufaktur
tahun 2009 adalah 597.085.359 (dalam ribuan rupiah). Profit terbesar diperoleh
perusahaan dengan PSID 15008 sebesar Rp 111.314.788.000 (sekitar 111, 3 milyar
rupiah) dan perusahaan dengan keuntungan terendah adalah PSID 53751 sebesar Rp
84.514.000 (sekitar 84,5 juta rupiah). Perusahaan dengan rasio profit terhadap
output tertinggi adalah PSID 22413 sebesar 73,624 persen, lalu PSID 36623
sebesar 67,546 persen dan PSID 36623 sebesar 61,365 persen.
2. Productivity
Nilai produktivitas per pekerja didapatkan dari
Output dibagi dengan jumlah pekerja. Total produktivitas pekerja rata rata (Average Productivity of Labor APL)
industri kertas tisu adalah Rp 1.124.493.000 per pekerja atau dapat disimpulkan
bahwa setiap pekerja dalam industri kertas tisu menghasilkan output sebesar
1,12 milyar rupiah per tahun. Salah satu penyebab produktivitas tenaga kerja
yang tinggi adalah penggunaan mesin mesin dalam produksi dan bersifat padat
modal.
0 komentar:
Posting Komentar