Senin, 15 Januari 2018

Pertumbuhan Penduduk dan Kerusakan Lingkungan (Emisi Karbondioksida, Persentase Luas Hutan, dan Pertumbuhan Ekonomi)

BAB l
PENDAHULUAN


1.1     Latar belakang
Masalah kependudukan dan kerusakan lingkungan hidup merupakan dua permasalahan yang kini sedang dihadapi berbagai negara. Brown (1992:265-280), menyatakan bahwa masalah lingkungan hidup dan kependudukan adalah masalah pencemaran lingkungan fisik, deforestasi, eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber-sumber alam, serta berbagai fenomena degradasi ekologis semakin hari semakin menujukkan peningkatan yang signifikan.

Padatnya penduduk suatu daerah akan menyebabkan ruang gerak suatu daerah semakin sempit, dimana manusia hidup dengan mengekploitasi lingkungannya secara berlebihan. Pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam, baik sumber daya alam terbarukan atau non-terbarukan. Pada saat yang sama konsumsi juga meningkat dengan pesat, yang disebabkan oleh semakin besarnya jumlah penduduk yang pada akhirnya akan berpengaruh pada semakin berkurangnya produktivitas sumber daya alam.
Perkembangan penduduk sedikit banyak akan mempengaruhi lingkungan hidup baik fisik maupun non fisik. Dari kenyataan sejarah menurut Derek Lewlyn dan Jones (2009), sebenarnya krisis lingkungan  hidup yang terjadi pada masyarakat modern saat ini yang merupakan dampak dari peledakan penduduk dan kemajuan teknologi modern, sudah dimulai ratusan tahun lalu. Diawali dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga angka kelahiran bayi dan kesehatan meningkat mengakibatkan pertambahan dan ledakan penduduk. Bertambahnya penduduk searah dengan pertambahan kebutuhan makanan, lahan, dan lain lain yang berdampak pada eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam secara besar besaran.
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi jumlah penduduk yang terdapat di suatu negara. Bahkan, terdapat negara dengan jumlah populasi penduduk melebihi satu milyar penduduk, yakni Tiongkok dan India. Peringkat selanjutnya negara dengan penduduk terbesar adalah Amerika Serikat, Indonesia, dan Brazil. Besarnya angka penduduk yang berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan sumber daya alam, berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan, seperti peningkatan emisi karbondioksida dan menurunnya lahan hutan. Pertumbuhan penduduk dan pengaruhnya terhadap lingkungan menjadi topik yang menarik untuk diteliti atau dikaji lebih lanjut.

1.2 Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah dampak pertumbuhan penduduk terhadap kualitas lingkungan?
2.      Bagaimanakah kondisi pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan keadaan lingkungan di tiga negara berpenduduk terbesar di dunia?

1.3 Tujuan
1.      Mengetahui dampak pertumbuhan penduduk terhadap kualitas lingkungan.
2.      Mengetahui kondisi pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan keadaan lingkungan di tiga negara berpenduduk terbesar di dunia.



BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA


2.1     Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (Birth), kematian (Death), migrasi masuk (In Migration), dan migrasi keluar (Out Migration). Penduduk akan bertambah jumlahnya apabila terdapat bayi yang lahir dan penduduk yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya apabila terdapat penduduk yang mati dan penduduk yang keluar wilayah tersebut.
1.   Kelahiran (Natalitas)
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang mendukung kelahiran (pro natalitas) antara lain:
a.  Menikah pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat menikah keluarga akan malu.
b. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
c. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.                     
d. Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
e. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:
a.  Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.
b.  Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.
c.  Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
d.  Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya sampai anak ke 2.
e.  Penundaaan menikah sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.
2.    Kematian (Mortalitas)
Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
Faktor pendukung kematian (pro mortalitas):
a.    Sarana kesehatan yang kurang memadai.
b.    Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
c.    Terjadinya berbagai bencana alam
d.   Terjadinya peperangan
e.    Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri
f.     Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
Faktor penghambat kematian (anti mortalitas):
a.    Lingkungan hidup sehat.
b.    Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
c.    Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
d.   Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
e.    Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
Faktor utama kelahiran dan kematian adalah adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama kemajuan di bidang kesehatan. Dengan kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat dicegah. Ini semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis atau mencolok.
Menurut statistik demografi dalam jangka waktu sekitar seperempat abad mendatang jumlah penduduk kota di negara-negara yang sedang berkembang akan bertambah kira-kir 1,3 triliun jiwa, atau kurang lebih dua kali tipat iumlah penduduk pada tahun 1975. Jumlah penduduk kota pada tahun 1975 merupakan 28 persen dari total penduduk. ]umlah ini akan meningkat menjadi lebih dari 42 persen pada tahun 2000, yang berarti bahwa kurang lebih dua pertiga dari jumlah pertambahan penduduk berada di wilayah-wilayah perkotaan. Hal ini menciptakan pertambahan yang dramatis pula dalam unit perumahan fisik dan penyempurnaan permukiman (Rahardjo Adisasmita:2005).

2.2     Kualitas Lingkungan
            Secara sederhana kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung optimal bagi kelangsungan hidup manusia pada suatu wilayah. Kualitas lingkungan dicirikan antara lain dari suasana yang membuat orang merasa betah atau kerasan tinggal di tempatnya sendiri. Berbagai keperluan hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar atau primer, meliputi makan, minum, perumahan, sampai kebutuhan rohani atau spiritual meliputi pendidikan, rasa aman, dan sarana ibadah. Kualitas lingkungan hidup dapat dibedakan berdasarkan karakteristik biofisik, sosial-ekonomi, dan budaya.
a. Lingkungan Biofisik
Lingkungan biofisik adalah lingkungan yang terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang berhubungan dan saling memengaruhi satu dengan lainnya. Komponen biotik merupakan makhluk hidup, seperti hewan, tumbuhan, dan manusia. Adapun komponen abiotik terdiri atas benda- benda mati, seperti tanah, air, udara, dan cahaya matahari. Kualitas lingkungan biofisik disebut baik jika interaksi antarkomponen berlangsung dengan seimbang.
b. Lingkungan Sosial-Ekonomi
Standar kualitas lingkungan sosial-ekonomi disebut baik jika kehidupan manusia akan kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kebutuhan hidup lainnya dapat terpenuhi.
c. Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata, dan juga termasuk nonmateri, seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, dan sistem politik. Standar kualitas lingkungan budaya dikatakan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem budayanya.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk diketahui di dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah kumpulan atau populasi jenis makhluk hidup tertentu untuk dapat hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Misalnya, lahan pertanian sawah, perkebunan, hutan, rawa, sungai, danau, pantai, desa, kota, permukiman, dan kawasan industri. Adapun sejumlah individu atau kelompok tertentu dapat berupa tumbuh-tumbuhan, binatang, ataupun manusia.
            Daya dukung lingkungan sangat berkaitan erat dengan kepadatan (densitas) suatu populasi atau jumlah makhluk hidup yang terdapat dalam suatu lingkungan tertentu. Dengan mengetahui daya dukung atau kemampuan lingkungan dalam mendukung populasi di atasnya, dapat dihitung kemampuan tertinggi (maksimal) lingkungan tersebut. Tingkat kepadatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a. Tingkat kepadatan maksimum (tertinggi).
b. Tingkat kepadatan optimum (cukup/sedang/wajar).
c. Tingkat kepadatan berlebih (kelebihan populasi).
Kepadatan populasi mencapai tingkat berlebih jika kepadatannya melebihi kepadatan yang mampu didukung. Dapat dikatakan juga bahwa lingkungan telah sampai kepada batasnya sehingga pada saat yang bersamaan akan terjadi masalah lingkungan atau ketimpangan ekologi.

2.3  Undang- Undang Kependudukan dan Lingkungan Hidup
2.3.1        Undang Undang No. 52 Tahun 2009
1.      Pasal 1 ayat 2
            Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitandengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat.
2.      Pasal 1 ayat 12
            Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala  bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.
3.      Pasal 4 ayat 1
            Perkembangan kependudukan bertujuan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.



BAB lll
PEMBAHASAN


3.1     Dampak Pertumbuhan Penduduk terhadap Kualitas Lingkungan
Pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan dampak yang sangat luas, apalagi jika pertumbuhan penduduk yang terjadi cenderung berdampak negatif. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terjadi tidak di imbangi oleh sarana dan prasarana yang memadai, banyak sekali  dampak negatif yang dapat ditimbulkan.
Penduduk berpengaruh penting dalam menyumbang kerusakan lingkungan, karena dengan pertambahan penduduk yang tinggi/pesat maka kebutuhan pun akan meningkat baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Kebutuhan jasmani yang tinggi maka tidak terlepas dari apa yang namanya pemenuhan kebutuhan primer seperti pangan, sandang dan papan. Dengan adanya pangan yang meningkat maka meningkat pula sampah seperti kemasan, sisa makanan, dll. Peningkatan akan sandang (pakaian, baju, tren mode terbaru) yang meningkat maka akan mendorong pabrik untuk memproduksi secara besar yang menimbulkan pencemaran, seperti limbah gas atau limbah cair akibat proses produksi dan dari sisi papan (kebutuhan akan lahan tempat tinggal), pertumbuhan penduduk yang meningkat akan terjadi perluasan lahan untuk perumahan yang akan mengurangi keanekaragaman hayati dan mengurangi luas hutan atau area terbuka hijau.
Dilihat dari perspektif ekologis pertumbuhan penduduk yang cepat dapat berdampak kepada meningkatnya kepadatan penduduk, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan secara menyeluruh. Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara rinci dampak kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:
4.      Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik. Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah persatuan luas juga bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah.
5.      Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan limbah industri dan limbah transport. Di daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan transport yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domestik, limbah industri dan limbah transport.
6.      Pertumbuhan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan. Untuk masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian, maka seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan pertanian juga akan meningkat, sehingga eksploitasi hutan untuk membuka lahan pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya daya dukung lingkungan menjadi menurun. Bagi mereka para peladang berpindah, dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat, berarti menyebabkan tekanan penduduk terhadap lahan juga meningkat. Akibatnya proses pemulihan lahan mengalami percepatan.
7.      Semakin besar jumlah penduduk, semakin besar kebutuhan akan sumber daya. Bagi penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya yang utama adalah kebutuhan lahan dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, kebutuhan akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu bahan bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan sumber daya, terjadilah penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin besar laju penyusutan maka semakin besar dan pada umumnya semakin besar pula pencemaran. 
Kerusakan Lingkungan Pada Aspek Pertanian Dan Kehutanan
Kerusakan lingkungan dari aspek pertanian dan kehutanan merupakan dua aspek yang menonjol. Pertumbuhan penduduk, penggunaan teknologi modern dan kurangnya kesadaran terhadap lingkungan adalah faktor penyebab kerusakan lingkungan. Di bidang pertanian, semakin besar jumlah penduduk maka kebutuhan akan bahan makanan semakin meningkat, berakibat pada peningkatan produksi bahan-bahan makanan yang semakin meningkat dan memadai. Diantaranya dengan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian.
Penggunaan pupuk yang terlalu berlebihan menyebabkan tercemarnya lingkungan perairan dan sungai. Di samping itu ada beberapa jenis insektisida (golongan organokhlorin) yang menjadi ancaman terbesar terhadap kualitas air (Wijono, 1998). Dengan demikian pemakaian atau penggunaan bahan-bahan kimia yang sangat besar telah menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan yang berakibat kepada menurunnya derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Jones (1993) sektor kehutanan telah mengalami satu delematika yang tajam. Satu sisi hutan merupakan sumber daya alam yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat (walaupun dalam prakteknya, justru hanya untuk kepentingan sekelompok orang), sementara disisi lain, pemerintah mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga dan memelihara kelestarian hutan dengan segala isinya. Akan tetapi dalam keadaan seperti ini ternyata terjadi tarik menarik, dimana akhirnya kepentingan ekonomi dapat mengalahkan kepentingan ekologi.
Pertumbuhan penduduk yang cepat juga memberikan andil besar dalam kerusakan hutan. Terjadinya konversi lahan hutan dijadikan sebagai lahan perumahan,  pertanian dan proyek-proyek industri adalah wujud dari pertambahan penduduk yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan penduduk  baik tekanan yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar ternayata telah menyebabkan terjadinya konversi lahan. Tekanan dari luar dapat dilihat dari dampak kepadatan penduduk yang mengakibatkan tekanan kuat terhadap lahan pertanian. Akibatnya upaya melakukan perambahan hutan sebagai satu-satunya alternatif pemenuhan lahan pertanian, tanpa memperdulikan dampak dari kelestariannya.




3.2 Kondisi Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan Keadaan Lingkungan di Tiga Negara Berpenduduk Terbesar di Dunia
   Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, pertumbuhan penduduk memiliki dampak terhadap lingkungan. Jika dikaitkan dengan aspek ekonomi, pertumbuhan penduduk juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah penduduk, maka kebutuhan akan konsumsi, pengeluaran pemerintah untuk layanan sosial, dan lain lain juga meningkat sehingga nilai pendapatan domestik bruto suatu negara juga akan cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang juga dipengaruhi oleh produksi suatu negara juga mempengaruhi kualitas lingkungan. Peningkatan produksi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain peningkatan produksi juga cenderung menyebabkan peningkatan polusi atau limbah, yang berpengaruh pada menurunnya kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan memiliki beberapa indikator, namun dalam pembahasan makalah ini akan digunakan dua indikator, yakni indikator emisi gas karbon dioksida (CO2 Emission) dan persentase lahan pertanian (% forest area)
Menurut data yang diperoleh dari WorldBank, lima negara dengan penduduk terbesar di dunia adalah China, India, Amerika Serikat, Indonesia, dan Brazil. China dan India jumlah penduduknya bahkan mencapai lebih sari satu milyar jiwa. Dalam pembahasan ini, akan ditunjukkan kondisi tiga negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, yakni China, India, dan Amerika Serikat

3.2.1 Kondisi Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lingkungan di China
Republik Rakyat China atau yang saat ini di Indonesia disebut Republik Rakyat Tiongkok menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Besarnya populasi penduduk di negara tersebut menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam. China yang telah menjadi negara dengan penduduk terbesar di dunia sejak bertahun tahun lalu mengalami berbagai masalah sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk. Masalah yang muncul seperti penurunan kualitas udara, penurunan lahan hutan dan lain sebagainya.
Sumber: WorldBank Data 2017, dengan pengolahan
Grafik 3.1 Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Emisi Karbondioksida dan Persentase Luas Hutan di China Tahun 2005-2014
Pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 2005-2014 mengalami penurunan sebagai akibat dari pemberlakuan kebijakan pembatasan kelahiran anak yakni satu anak setiap keluarga. Berbeda dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi. Pada tahu 2014, setelah terus mengalami penurunan pertumbuhan penduduk, China mengalami kenaikan pertumbuhan penduduk. Kenaikan pertumbuhan penduduk tersebut justru diiringi dengan penurunan pertumbuhan ekonomi dari 7.76% menjadi 7.30%.
Pertumbuhan penduduk yang terus menurun, berbanding terbalik dengan nilai perkapita emisi karbondioksida yang justru meningkat, karena emisi karbondioksida yang semakin besar tidak diiringi dengan peningkatan pertumbuhan penduduk. Sehingga, pada saat pertumbuhan penduduk meningkat, emisi karbondioksida perkapita menurun.
China mengalami deforestasi secara terus menrun pada tahun 1990an hingga menjelang 2000, sehingga pemerintah melakukan regrowing forest atau penanaman dan pemulihan lahan hutan kembali. Selain itu, penurunan pertumbuhan penduduk secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada kebutuhan lahan untuk tempat tinggal, sehingga memudahkan pemerintah melaksanakan program penignkatan luas lahan.
3.2.2 Kondisi Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lingkungan di India
Sumber: WorldBank Data 2017, dengan pengolahan
Grafik 3.2 Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Emisi Karbondioksida dan Persentase Luas Hutan di India tahun 2004-2015
Berdasarkan grafik diatas, pertumbuhan penduduk yang terus menurun tidak diiringi dengan penurunan emisi karbondioksida per kapita. Pertumbuhan ekonomi yang dialami India bersifat fluktuatif. Dalam kurun waktu 2005-2014, India mengalami pertumbuhan ekonomi paling rendah pada tahun 2008. Ketika pertumbuhan penduduk berada pada tingkat 1,3% di tahun 2010-2014, India terus mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.
Terkait dengan persentase luas hutan, sama seperti China, India terus berusaha untuk meningkatkan luas lahan hutannya untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak akibat  pertumbuhan penduduk. Dapar dilihat dari grafik diatas, nilai persentase luas hutan terus meningkat seiring dengan menurunnya pertumbuhan penduduk.
3.2.3 Kondisi Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lingkungan di Amerika Serikat
Sumber: WorldBank Data 2017, dengan pengolahan
Grafik 3.3 Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Emisi Karbondioksida dan Persentase Luas Hutan di Amerika Serikat tahun 2005-2014
Pada grafik diatas, pertumbuhan penduduk di Amerika Serikat terus mengalami penurunan. Namun, pertumbuhan ekonominya mengalami fluktuasi bahkan mencapai angka negatif pada tahun 2008 dan 2009. Terkait dengan kondisi lingkungan, penurunan pertumbuhan penduduk yang terus menurun di negara Amerika Serikat berbanding lurus dengan emisi karbondioksida per kapita yang juga terus menurun. Berbeda dengan emisi karbondioksida perkapita dan pertumbuhan penduduk, persentase luas hutan di Amerika Serikat menngkat. Emisi karbondioksida yang menurun dapat juga dipengaruhi oleh bertambahnya luas lahan sehingga emisi yang ditanggung perkapita menjadi berkurang.



BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Penduduk berpengaruh penting dalam menyumbang kerusakan lingkungan, karena dengan pertambahan penduduk yang tinggi/pesat maka kebutuhan pun akan meningkat baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dilihat dari perspektif ekologis pertumbuhan penduduk yang cepat dapat berdampak kepada meningkatnya kepadatan penduduk, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan secara menyeluruh. Pada negara-negara yang memiliki penduduk banyak hal tersebut tidak selalu mempengaruhi kualitas lingkungan negaranya seperti China, berdasarkan data yang berasal dari World Bank pertumbuhan penduduk yang terus menurun, berbanding terbalik dengan nilai perkapita emisi karbondioksida yang justru meningkat. Di India , pertumbuhan penduduk yang terus menurun tidak diiringi dengan penurunan emisi karbondioksida per kapita. Sedangkan di Amerika Serikat penurunan pertumbuhan penduduk yang terus menurun berbanding lurus dengan emisi karbondioksida per kapita yang juga terus menurun.



DAFTAR PUSTAKA


Arkanudin. 2012. Pertumbuhan Penduduk dan Kerusakan Lingkungan. Pontianak:Universitas Tanjungpura.
McKenna, Phil. China Success Regrowing Its Forests Has Flip Side Deforestation Carbon Emission https://insideclimatenews.org/news/22032016/china-success-regrowing-its-forests-has-flip-side-deforestation-carbon-emissions diakses pada 7 November 2017.

Worldbank Data. www.data.worldbank.org.

Tags:
pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap emisi karbondioksida
pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi dan lingkungan
pertumbuhan penduduk dan luas hutan
makalah pertumbuhan penduduk dan kerusakan lingkungan

0 komentar:

Posting Komentar