Minggu, 27 Januari 2019
[30 HARI BERCERITA] DAY 2 - THE STORY OF MY HABLUM MINALLAH and COLLEGE LIFE
-Entahlah, aku yang terlalu malas, terlalu banyak distraksi, atau memang terlalu jumawa-
Salam...hahaha
Assalamualaikum wr. wb.
Bagaimana kabar kehidupan kalian semua?
.
Jumat, 25 Januari 2019
[30 HARI BERCERITA] Day 1: PERJUANGAN BESAR DIMULAI
-sebuah sambatan seorang mahasiswa tingkat akhir atas tugasnya yang tidak segera diselesaikan-
Assalamualaikum wr. wb.
"Sebenernya yang menyulitkanmu itu apa, nduk?"
.
"Dosen?'
.
Ngga kok mik. Dosennya baik kok.
.
"Terus apa?"
.
Aku gatau.
.
Sebagai anak terakhir, rasanya orang tua pengen banget liat saya cepet lulus. Ibuk bilang udah kangen lagi buat main ke ACC. Ya Allah, ya tinggal masuk aja loh selama pintu-nya ngga dikunci...
.
Abang yang dengan baik hatinya bayarin UKT gue (ngga sih, ngga tau. ganti uang ibuk yg dipake di kebunnya kalik) semester delapan ini. Tiap telpon nanya, skripsimu sudah sampe mana? Cukup saya jawab, rahasia..
.
Haha, kembali lagi masalah komitmen. Saya adalah orang yang mudah on-fire di awal, mager di tengah, mati matian di akhir. Ndak selalu pada setiap subjek dan perkara, tapi kebanyakan seperti itu. Apalagi kalau situasi buat mager di tengah proses itu mendukung.
.
Berbicara tentang kehidupan perkuliahan, yah.... cukup smooth. Saya ngerasa ini ujian terberat saya selama kuliah, terutama ketika muncul sedikit penyesalan dan menyadari bahwa, ternyata ini bukan minat utama saya. Diawali dengan putaran 180 derajat atas preferensi mayor di sekolah, dari yang dulu suka IPA, pindah preferensi ke IPS. Saya yang dari SD terlihat suka IPA meskipun nilainya segitu segitu aja, tiba tiba aja beralih ke IPS.
.
Yap, cerita utama saya sebenernya bukan tentang sambatan tugas akhir, tapi sambatan tentang saya yang lagi lagi tidak bisa berdamai dengan masa lalu.
.
Saya suka banget mapel ekonomi, pertama kalinya saya secepat itu jatuh cinta sama sebuah mapel. IPA, saya tau saya ngga suka IPA, suka dalam sesi formalitas bakti anak kecil ke orang tua saja. Pun, di IPS saya tidak terlalu pandai, apalagi sosiologi. Apakah karena saya sering tetiba ansos, makanya sosiologi saya ngga suka? HAHAHAHA.
.
Kebencian -salah- maksud saya, menurunnya formalitas minat ke IPA dimulai di SMA. Dimulai dengan Biologi yang semakin tidak saya mengerti dan tidak cocok dengan metode pembelajaran saat itu, Kimia yang saya pusing bagaimana hubungan hubungan atom dan molekularnya, dan puncaknya pada Fisika yang bikin saya stress. Fisika, mapel yang susah sekali saya terima mekanismenya di otak, menjadi indikator utama (selain Ekonomi) kepindahan saya ke IPA.
.
Nestapa akan Fisika, saya punya banyak. Seperti ketika ditanya di kelas cuman bisa plongo, nilai yang seperti nomor punggung Rossi, dan sebagainya. Pernah suatu ketika saya berusaha sekuat tenaga dengan minta les tambahan (kala itu di SSC) sampai pulang jam delapan malam. Jangan disamakan delapan malam Surabaya dengan delapan malam Sempu. Rutin, khusus untuk Fisika saya minta les tambahan diluar jam les normal, namun berakhir dengan sindirian saya kurnang belajar dan buku LKS saya buat bantal untuk tidur. Tidak salah, pun saya memang menjadikannya bantal, karena ketiduran pas saya pelajari lagi malamnya di rumah.
.
Fisika, benar merubah hidup saya. Saya tidak pernah sebenci itu pada suatu mapel. Entah, apa saya yang salah mengartikan indah dan estetikanya fisika. atau memang faktor eksternal yang begitu kuat menjauhkan saya dengan Fisika. Sempat saya merasa, saya harus kuat bertahan di IPA terutama Fisika, namun apa yang tertulis di laporan semesterr mengatakan sebaliknya. Fisika yang mendekati KKM, mengesahkan embargo diri saya atas Fisika, setidaknya hingga hari ini.
.
Apa saya benci ke Fisika secara mapel, atau kepada penyampaiannya? Saya masih belum bisa terlihat baik baik saja terhadap siapa yang menjadikan saya benci Fisika. Terhadap anak IPA? Ngga lah, saya ngga benci anak IPA. Hahaha my crush saat SMA, anak IPA semua :D
.
Saya rasa kehidupan IPS saya cukup halus. Flat flat saja. Alhamdulillah, ekonomi sukses mempertahankan peringkatnya di hati saya hingga lulus.
.
Tapi, muncul keraguan atas Ekonomi, setelah saya menjalani studi selama 3,5 tahun ini.
.
Awal semester, semua masih terasa cukup mudah, walaupun Matematika Ekonomi membuat saya pusing kala itu. Alasan saya masuk ekonomi sebenarnya cukup sederhana. Dikala orang memilih jurusan karena job vacancynya banyak, gaji besar dll, saya memilih ekonomi karena TV. Yap, selain hukum terutama kriminalitas, ekonomi memiliki kanal beritanya hampir di setiap televisi. Setidaknya, setiap hari ada Kabar Pasar dan Economics Challenges di waktu waktu tertentu. Seprecious apa ya ekonomi ini, setiap hari ada ahli ekonomi yang diundang ke TV. Sesederhana itu, saya ingin tahu kenapa ia begitu berharga.
.
Dan, pertanyaan random saya terjawab saat saya kuliah di jurusan Ekonomi Pembangunan, Airlangga.
.
Ekonomi itu sulit saudara.
.
Terutama ekonometrikanya. Saya pusing.
.
Tentang lika-liku ekonomi, saya ngga minat buat nulis disini, mungkin di lain postingan wahaha. Tapi, saya pengen banget cerita tentang, saya sadar saya ternyata minat sama jurusan lain. Teknik Informatika.
.
Teknik Informatika itu ngga gampang, memang. Kalkulusnya juga susah. Setidaknya, yang saya tahu adalah saya sebenernya suka banget utek utek berbau teknologi. I know, TI ngga cuman bahas tentang teknologi dan lain lain, tapi saya sadar saya suka utek utek html sendiri meskipun suka error. Dan, satu ketika yang bikin saya makin yakin untuk suka sama jurusan berbau komputer, pemrograman, dan sejenisya, adalah Ekonometrika.
.
Waktu itu, pertama kali lab ekmet. Saya baru sadar bahwa nge-run itu asik sebenernya. Saya hampir ngga pernah bolos Lab ekmet karena buat saya, lab ekmet itu penghibur di kala jenuh sama ceramah klasikal di dalem kelas. Yah, meskipun di Ekmet 2 saya lebih sering nyontek teman hahaha.
.
Hari itu ada ujian Lab Ekmet. Saya belajar ngerun dua hari atau tiga hari sebelumnya, padahal mapel lain yang teorinya seabrek, ada yang baru saya pelajarin sehari sebelumnya. And, here comes the great results.
.
Nilai ujian praktek Ekmet yang bulat sempurna,
.
Seriously, orang yang membaca ini dan menganggapnya sebagai 'pamer', saya yakin hatinya minta di cleaning pake CCleaner biar gak ada file file 'sampah'nya whahaha. Saya yakin, nilai itu selain datang dari kemurahan hati mbak mbak Asdos, datang dari bahagianya saya ada praktek lab ekmet di jurusan. Nilai Lab yang berkebalikan banget sama nilai teori hahaha. Disitu, saya tahu saya suka yang berbau teknologi dan semacemnya. Lab ekmet juga bikin saya flashback ke kejadian pas smp, pelajaran TIK, ujian tentang Word dan apalagi saya lupa, di lab komputer smp, menjadi satu-satunya yang ngga remedi kala itu. Dan banyak hal hal senada yang terjadi.
.
Huft
.
Kenapa baru sadar pas semester semester akhir?:")
.
Mungkin ada yang bertanya, sekarang saya gimana? Mau ngelanjutin EP atau gimana. Ya bismillah, tetap ngelanjutin, dan ya alhamdulillah tinggal skripsi yang enam bulan belum selesai selesai. Sudah digariskan oleh Allah, mudahan bertahan di EP bikin saya bisa lebih berguna bagi bangsa, ngga nyusahin hahaha. Saya tetap senang di EP, saya masih suka banget sama makro. Dan juga, terkait komitmen. Hhaha, saya masih komitmen sama EP, dan ya bener. Saya on fire di awal perkuliahan, mulai males di pertengahan, tambah males di skripsian. Tapi doakaaan ya, saya mau ngebut skripsian wkwkwk. Oke, anyway....
.
Ada saran kursus pemrograman atau saran D3 yang bagus buat saya? Hahahahaha
Ohiya, terakhir. Saat nulis ini saya dengerin musik di Spotify... here is the playlist!
Dewa 19 - Dua Sejoli
Dewa 19 - Arjuna
Dewa 19 - Separuh Nafas
Bigbang - Tonight
Bigbang - Fxxk It
Tulus - Sewindu
Tulus - Monokrom
Ohiya, kalau diantara readers ada cerita atau masalah tentang komitmen (apapun itu, bisa percintaan, kerjaan, atau lain lain), bisa banget tinggalin komentar dibawahhhh. Thanks.
Wassalamualaikum wr wb
Langganan:
Postingan (Atom)