Assalamualaikum wr wb.
Yep, beberapa hari ini nganggur karena libur, so pengen aja berbagi sesuatu hahaha. Analisisnnya sederhana sekali, padahal seharusnya pakai ekonometri :( karena waktunya cukup mepet hehehe. Hopefully penelitian ini bisa diteruskan dengan alat yang sesuai wkwkwk.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
pasar setidaknya terdapat satu syarat, yakni adanya penjual dan pembeli. Dalam
menentukan atau memperoleh harga, produsen dan konsumen melakukan interaksi
hingga harga yang disepakati tercapai. Harga yang ada di pasar hasil interaksi
antara konsumen dan produsen berpengaruh terhadap kuantitas barang, baik jumlah
barang yang diminta maupun jumlah barang yang ditawarkan. Konsumen berusaha
memaksimalkan utilitasnya dengan kendala anggaran yang ada, sedangkan produsen
memaksimalkan laba atau meminimumkan biaya produksinya. Produsen berperan dalam
memenuhi kebutuhan atau permintaan atas barang dan/jasa di pasar.
Dalam
proses produksi, produsen melakukan dua perilaku. Perilaku pertama, produsen
akan meminimalkan biaya produksinya. Kedua, produsen akan memaksimumkan laba
yang diperoleh. Maki (2010) menyatakan bahwa dalam hal perilaku produsen, fungsi
produksi berperan penting dimana fungsi produksi tersebut menunjukkan hubungan antara input (tenaga
kerja dan modal) dan output produksi. Disisi lain, fungsi biaya menentukan
perilaku produsen lainnya. Fungsi biaya didapatkan dengan menggunakan prinsip
minimisasi biaya dengan asumsi constant
return to scale (skala hasil tetap). Dengan menggunakan fungsi pendapatan
dan biaya, akan diperoleh fungsi laba, dimana laba maksimum diperoleh ketika marginal revenue sama dengan marginal cost.
Perilaku
konsumen berkaitan erat dengan jumlah barang yang diminta di pasar, sedangkan
perilaku produsen juga berdampak pada jumlah barang yang ditawarkan. Sesuai
dengan hukum penawaran (Samuelson:2003) ketika harga barang meningkat maka
jumlah penawaran barang akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kurva
penawaran bersifat upward sloping.
Dalam laman Economic Discussion (2017), penawaran dipengaruhi oleh delapan
faktor yaitu harga, biaya produksi, kondisi alam, teknologi, kondisi
transportasi, harga faktor produksi dan ketersediaannya, kebijakan pemerintah,
dan harga barang lainnya.
Salah
satu komoditas yang harganya stabil namun cenderung fluktuatif adalah gula.
Gula menjadi bahan baku di berbagai industri dan dikonsumsi juga pada tingkat
konsumen rumah tangga. Tingginya kebutuhan gula dalam negeri sering berdampak
pada kenaikan harga, yang tentunya berdampak pula terhadap ketersediaan
penawarannya. Di Indonesia, gula menjadi salah satu komoditas yang dikonsumsi
setiap hari, baik langsung maupun tidak langsung melalu bahan makanan atau
minuman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abidin(2000); Susila(2005);
Widayanti(2007) nilai koefisien elastisitas dari konsumsi gula berkisar antara
0,18-0,4 dimana nilai tersebut mengindikasikan bahwa gula adalah bahan pangan
pokok dan tetap dikonsumsi meskipun harganya meningkat cukup signifikan. Kondisi
tersebut berpengaruh terhadap sisi penawaran gula, baik penawaran dari produsen
lokal maupun kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan impor gula.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana
kondisi penawaran gula di Indonesia?
1.2.2
Bagaimana
perilaku produsen gula di Indonesia?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1
Mengetahui
kondisi penawaran gula di Indonesia.
1.3.2
Mengetahui
perilaku produsen gula di Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Perilaku Produsen
Menurut Oxford
Dictionary produsen adalah seseorang, perusahaan, atau negara yang membuat,
mengembangkan, atau menyuplai barang atau komoditas untuk dijual. Ginsburgh
(2002) mendefinisikan produsen sebagai semua orang atau agent yang memaksimalkan labanya pada harga dan production set tertentu. Seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terdapat perilaku-perilaku utama yang
dilakukan oleh produsen. Perilaku produsen ini bisa bersifat input-orientation, output orientation
dan profit maximization. Orientasi
input adalah berfokus pada kombinasi minimum dari input untuk menghasilkan
nilai output tertentu., sedangkan orientasi output tertuju pada kombinasi
output dengan menggunakan input tertentu. Namun, meskipun terdapat output-orientation, perusahaan lebih memilih untuk melakukan profit maximization.
Terdapat beberapa asumsi untuk memudahkan pemahaman
terkait perilaku produsen, diantaranya:
1.
Perusahaan
hanya memproduksi satu barang
2.
Perusahaan
telah memilih satu barang untuk diproduksi
3.
Perusahaan
meminimumkan biaya yag terkait pada tingkat produksi tertentu
4.
Hanya
terdapat dua input yang digunakan dalam produksi, yakni modal dan tenaga kerja
Fungsi produksi berperan penting dalam proses
produksi. Menurut Maki (2010) fungsi produksi menunjukkan hubungan antara input
(tenaga kerja dan modal) dan output produksi. Menurut Stigler, fungsi produksi
adalah istilah yang diberikan untuk menyatakan hubungan antara tingkat output
dari jasa produktif dan tingkat output, sedangkan menurut Samuelson (2003)
fungsi produksi adalah hubungan teknikal yang menyatakan jumlah maksimum output
yang dapat diproduksi pada setiap atau set
input tertentu dan pada tingkat pengetahuan atau teknologi tertentu.
Gambar 2.1
Hubungan Input, Fungsi Produksi, dan Output
Fungsi produksi biasa dideskripsikan ke dalam rumus
berikut ini:
dimana:
Q = Output yang dihasilkan
K = Modal
L = Tenaga Kerja
Selain fungsi diatas, fungsi produksi yang juga sering
digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglass.
Selain fungsi produksi, fungsi kedua yang penting
dalam proses produksi adalah fungsi biaya. Biaya terbagi ke dalam dua jenis,
yakni biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Produsen akan berusaha
meminimalkan biayanya pada tingkat output tertentu. Secara umum biaya terdiri
dari,
dimana
TC = Total Cost
FC = Fixed Cost
VC = Variable Cost
dimana:
C = Biaya atau cost
W = gaji
L = jumlah tenaga kerja
V = return
K = modal
Fungsi ketiga yang menunjukkan perilaku produsen
adalah fungsi laba. Produsen juga akan memaksimalkan labanya pada tingkat
output dan input tertentu. Fungsi laba dinyatakan sebagai berikut:
Dimana:
Î = profit atau
laba
Pq = Total revenue (harga dikali kuantitas)
C(q) = Biaya.
Laba maksimum akan diperoleh jika marginal revenue sama dengan marginal
cost. Fungsi maksimisasi laba adalah:
2.1.2 Sisi Penawaran
Menurut Haryati (2007), kurva penawaran
adalah kurva yang menghubungkan titik – titik kombinasi antara harga dengan
jumlah barang yang diproduksi atau ditawarkan. Kurva penawaran merupakan garis
pembatas jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Kurva penawaran dapat didefinisikan
sebagai kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu
dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Apabila penawaran bertambah
diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga, maka supply bergeser ke kiri
atas. Jika berkurang kurva supply
bergeser ke kiri atas. Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar (Samuelson:2003).
Gambar 2.2
Pergeseran pada Kurva Penawaran
Sama seperti kurva permintaan, kurva penawaran dapat
bergeser (Shifting of supply curve)
dan bergerak di sepanjang kurva (movement
along demand curve). Jika terjadi perubahan pada harga, maka kurva
penawaran akan bergerak di sepanjang kurva. Jika terdapat perubahan pada faktor
selan harga, maka kurva penawaran akan bergeser.
2.2
Penelitian Terdahulu
Nama
|
Judul
|
Keterangan
|
Ayu Dewi
Anggraeni
|
Analisis Biaya Produksi dan
Profitabilitas
pada Pabrik Gula Kebon Agung Malang
|
Mengetahui
berapa biaya produksi yang ada sebagai dasar dalam menentukan harga jual dan
profitabilitas.
|
Apriawan, Dwi Candria, dkk. 2015.
|
Analisis Produksi Tebu dan Gula Di PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero).
|
Mengidentifikasi
faktor yang mempengaruhi produksi gula.
-
Luas panen,
rendeman, curah hujan meningkatkan produksi tebu dan gula.
-
Tenaga kerja
yang meningkat mengurangi produktivitas gula.
|
Rumankova,
Lenka Dan Lubos Smutka. 2013.
|
Global Sugar
Market-The Analysis Of Factors Influencing Supply and Demand.
|
Faktor yang
mempengaruhi penawaran gula di pasar global adalah nilai cadangan gula, harga
gula, dan luas areal tebu.
|
Dendi Ramdani,
dkk
|
Industri
Update Volume 10 Mei 2016
|
Faktor penting
yang menentukan kinerja perkebunan gula adalah produktivitas, sedangkan
faktor risiko terpenting tebu atau gula adalah cuaca ekstrim yang mengancam
hasil panen.
|
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Penawaran Gula di Indonesia
Gula
menjadi salah satu bahan pangan utama di Indonesia. Gula di Indonesia sering
digolongkan sebagai pangan produk hasil industri bersama beras, minyak goreng,
dan tepung terigu. Menurut Rumankova dan Smutka (2013) faktor yang mempengaruhi
penawaran gula di pasar global adalah nilai cadangan gula, harga gula, dan luas
areal tebu. Di sisi lain, berdasarkan Outlook Pangan 2015-2019, produksi gula
di Indonesia ditentukan oleh luas area tebu yang digiling, produktivitas tebu
(ton tebu/ha), dan rendeman berupa persentase gula yang diperoleh per bobot
tertentu. Ketiga hal ini saling berkorelasi positif, dimana semakin besar luas
area tebu yang digiling, semakin besar nilai rendemen, dan semakin tinggi
produktivitasnya maka gula yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Pernyataan
tersebut didukung oleh hasil penelitian Prabowo dan Sakti yang menyatakan bahwa
luas lahan tebu berpengaruh positif terhadap gula di Jawa Timur namun tidak
signifikan secara statistik dengan nilai 1,14. Produksi tebu juga berpengaruh
positif dan signifikan sedangkan rendeman berpengaruh positif namun tidak signifikan.
Menurut Apriawan,dkk (2015) faktor produksi luas panen tebu, rendeman tebu,
jumlah curah hujan akan meningkatkan produksi gula. Peningkatan tenaga kerja
justru berdampak pada penurunan produksi gula.
Selain faktor faktor yang disebutkan diatas, terdapat faktor faktor
eksternal yang mempengaruhi harga dan kuantitas penawaran tebu, seperti
preferensi konsumen yang meningkat ke gula berkualitas lebih tinggi yang
mengakibatkan produsen gula harus melakukan inovasi atau peningkatan teknologi
dan gaya hidup sehat berupa pola hidup sehat mengurangi konsumsi gula. Pada
publikasi Industri Update, faktor penting yang menentukan kinerja perkebunan
gula adalah produktivitas, sedangkan faktor risiko terpenting tebu atau gula
adalah cuaca ekstrim yang mengancam hasil panen.
Di
Indonesia, gula umumnya terbagi menjadi dua jenis, yakni gula rafinasi dan gula
kristal putih. Gula kristal putih di Indonesia diproduksi oleh 17 perusahaan
yang terdiri dari 8 perusahaan BUMN dan 9 perusahaan swasta. Berikut ini adalah
tabel produsen GKP di Indonesia beserta kapasitas produksinya serta nilai
produksi gula kristal putih di Indonesia:
Tabel 3.1
Produsen Gula Kristal Putih dan Kapasitasnya (ton cane per day) di Indonesia
Sumber: AGI 2014
Tabel 3.2
Produksi Gula Kristal Putih di Indonesia
Sumber: AGI (2014)
Dari
tabel diatas, dapat diketahui bahwa
nilai produksi gula kristal putih terbesar pada tahun 2012, namun nilai
produktivitas tertingginya pada tahun 2008. Nilai produksi gula kristal putih
terus menurun sejak tahun 2008 hingga tahun 2011 dan meningkat pada tahun 2012
namun kembali menurun pada tahun 2013. Penyebab nilai produksi gula kristal
putih pada tahun 2012 besar adalah nilai rendemen sebesar 8,13, terbesar
diantara tahun 2008-2013. Dari sisi produksi tebu, faktor yang menentukan
adalah agroklimat.
Selain
produksi, harga juga mempengaruhi penawaran. Harga gula di tingkat eceran
memiliki paritas atau jarak yang cukup besar dengan harga lelang. Berikut tabel
mengenai harga di tiap pos distribusi atau supply
chain gula kristal putih:
Tabel 3.3
Harga Pasar Gula Kristal Putih Tahun 2008-2013
Sumber: AGI (2014) dalam Outlook Pangan 2014-2019
Berdasarkan
tabel diatas, margin antara harga pokok penjualan dengan harga eceran gula
putih mencapai 3884 rupiah. Di tahun 2014-2019, diproyeksikan nilai HPP gula
kristal putih memiliki margin sebesar 1500 rupiah dengan harga lelang.
Dari
kedua tabel diatas, dapat diketahui kondisi penawaran gula di Indonesia. Nilai
produksi gula terbesar berada pada tahun 2012. Jika disesuaikan dengan hukum
penawaran, maka seharusnya ketika harga meningkat maka nilai produksi akan
meningkat. Harga pokok penjualan gula terus mengalami kenaikan, namun tidak
diiringi dengan kenaikan harga lelang yang cenderung fluktuatif. Pada tahun
2008 hingga 2010 harga lelang terus meningkat, namun jumlah produksi gula
justru menurun. Jika diasumsikan faktor lain tetap, maka pada kurun waktu
tersebut kondisi penawaran gula tidak sesuai dengan hukum penawaran. Pada tahun
2012 harga lelang mengalami kenaikan cukup besar hingga 1600 rupiah. Harga
tersebut tidak diiringi dengan kenaikan produksi gula yang meningkat. Kenaikan
harga disebabkan karena ketersediaan gula di pasaran sedikit.
3.2 Perilaku Produsen Gula
Dalam
proses produksi, kuantitas barang yang diproduksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap output yang dihasilkan adalah
biaya input. Semakin besar biaya input, maka produsen akan mengurangi nilai
produksinya, terutama pada barang yang memiliki nilai elastisitas tertentu.
Biaya input juga mempegaruhi nilai produksi gula di Indonesia. Biaya input
menjadi salah satu faktor penentu jumlah produksi dan harga. Semakin besar
kenaikan pada biaya input, maka harga akan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan
nilai HPP gula pada tabel 3.2 diatas, dimana harga pokok penjualan yang terus
meningkat mengakibatkan nilai produksi gula yang terus menurun.
Anggraeni
(2013) melakukan penelitian terhadap biaya produksi dan profitabilitas salah
satu produsen gula di Indonesia, yakni PG Kebon Agung di Malang, Jawa Timur.
Berikut ini data mengenai biaya input utama gula (tebu) di PG Kebon Agung
Malang:
Tabel 3.4
Biaya Input Tebu PG Kebon Agung Malang Tahun 2010-2012
Tabel 3.5
Target Produksi dan Realisasinya PG Kebon Agung Malang
Tahun 2010-2012
Tabel 3.6
Anggaran dan Relaisasi Penjualan PG Kebon Agung Malang
Tahun 2010-2012
Ketiga
tabel diatas menunjukkan biaya input tebu dan realisasi penjualan gula kristal
putih di PG Kebon Agung Malang. Dari data diatas, diketahui bahwa peningkatan
biaya input tebu diiringi dengan peningkatan produksi gula dari tahun ke tahun.
Nilai realisasi penjualan juga meningkat dari tahun 2010-2012. Namun, nilai
nilai tersebut tidak memenuhi target yang PG Kebon Agung Malang telah anggarkan
atau targetkan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Luas
panen tebu, rendeman tebu, jumlah curah hujan akan meningkatkan produksi gula.
Peningkatan tenaga kerja justru berdampak pada penurunan produksi gula. Selain faktor faktor yang disebutkan diatas,
terdapat faktor faktor eksternal yang mempengaruhi harga dan kuantitas
penawaran tebu, seperti preferensi konsumen yang meningkat ke gula berkualitas
lebih tinggi yang mengakibatkan produsen gula harus melakukan inovasi atau
peningkatan teknologi dan gaya hidup sehat berupa pola hidup sehat mengurangi
konsumsi gula. Nilai produksi gula kristal putih terbesar pada tahun 2012,
namun nilai produktivitas tertingginya pada tahun 2008. Harga gula di tingkat
eceran memiliki paritas atau jarak yang cukup besar dengan harga lelang.
Salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap output yang dihasilkan adalah biaya
input. Semakin besar biaya input, maka produsen akan mengurangi nilai
produksinya, terutama pada barang yang memiliki nilai elastisitas tertentu.
Pada contoh perusahaan gula PG Kebon Agung Malang, peningkatan biaya input
searah dengan peningkatan produksi dan penjualan, namun ketiganya tidak sesuai
dengan anggaran atau target yang telah dibuat.
RUJUKAN
Anggraeni, Ayu Dewi. 2013. Analisis Biaya Produksi dan
Profitabilitas pada Pabrik Gula Kebon
Agung Malang.
Malang:FEB Universitas Brawijaya.
Apriawan, Dwi Candria, dkk.
2015. Analisis Produksi Tebu dan Gula Di PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero). Jurnal Agro
Ekonomi Vol. 26/No. 2, Desember 2015. Yogyakarta:Universitas Gajah Mada.
Ferguson, C.E. 1970. Neoclassical
Theories fd Production and Distribution. United Kingdom:Cambridge University
Press.
Ginsburgh,
Victor. 2002. The Structure of Applied
General Equilibrium Models. MIT Press.
https://sites.google.com/site/economicsbasics/production-function
Kementerian Perdagangan.
2014. Analisis Outlook Pangan 2015-2019.
Jakarta.
Maki, Atsushi. 2010. Introduction to Estimating Economic Models. Amerika:Routledge
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi. New York:Media Global
Rumankova, Lenka Dan Lubos Smutka. 2013. Global Sugar
Market-The Analysis Of Factors Influencing Supply and Demand. Acta Universitatis Agriculturae Et Silviculturae Mendelianae Brunensis Volume LXI. Czech Republic:Mendel
University
0 komentar:
Posting Komentar