Jumat, 13 Agustus 2021

CHILD-FREE? PERNAH MERASA TAKUT MENJADI ORANG TUA DI MASA DEPAN? Bagian 2

 Assalamualaikum wr.wrb

How's life? Masih menimbang-nimbang genre kehidupan seperti apa yang kita alami sekarang? Well, sebenernya tujuan kita sama buat tahun ini: bertahan hidup. 

Postingan ini jadi postingan lanjutan mengenai postingan child free ku sebelumnya (sila cek di beranda blog ya:)) Topik ini kembali mencuat di Twitter dan sebagai anak gabut ga tau diri, aku mau ngelanjutin postingan sebelumnya. 

First of all, harusnya aku ngetik esai buat daftar beasiswa tapi yang terjadi malah diriku menulis ini hahaha what a pity :( But, hope this post can give you another pespective ;) As I stated before, banyak hal yang terjadi selama aku di rumah. I wont tell you those thingy here but memang gimana yah bund, beginilah hidup hahaha. 

Sejujurnya, aku tidak begitu setuju dengan konsep child free ini, awalnya hahaha. Ini aneh banget but beberapa waktu lalu semua rencana hidupku yang self-centered seperti yang diasumsikan para ekonom dalam risetnya berubah menjadi rencana hidup baru. Aku pengen nikah, serius hahaha. Punya keluarga, menjaga kehidupan orang lain, dan sejenisnya. Bayangin pagi-pagi bangun terus mengamalkan panggilan alam di pagi hari, nyiapin bekal anak sambil nyiapin berkas buat rapat kantor, dan sejenisnya lah. But, yeah something happened.

Bulan Juni adalah bulan titik balik rencana hidupku. Aku yang tahun 2020 akhir sudah sedikit demi sedikit melupakan ambisiku, rencana hidupku yang menempatkan kebahagiaanku di atas segalanya, berubah. Aku menatap sebuah bayangan lain, bahwa pada akhirnya kemana aku mendaki, kemanapun aku pergi, keluarga kecilku menjadi tujuan pulangku. Yep, sepenuhnya impianku berubah. Aku mengalami berbagai kejadian yang pada akhirnya membuka mataku bahwa,"Tidak ada yang bisa selamanya membahagiakanmu, kecuali Allah dan dirimu sendiri, viak." 

Singkat cerita, aku memutuskan untuk kembali berjuang membahagiakan diriku sendiri, dengan caraku sendiri, dan dengan darah keringatku sendiri. Meraih apapun yang aku inginkan dalam hidup, menggapai segala impian yang pernah aku simpan dalam diriku, memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi kebahagiaan orang tuaku. Aku tak lagi dapat meletakkan harapanku pada orang lain. Ingat, half men never fail to dissapoint us. Tidak ada yang pasti, sudah jelas bahwa Allah yang maha membolak-balikkan hati. Apapun yang terjadi dan rintangan apapun yang terjadi, kita dihadapkan pada pilihan untuk siap menghadapi. 

Kondisi ini membuatku berpikir bahwa, tidak ada konsep yang salah di dunia ini, kecuali konsep tersebut melanggar ketentuan Allah. Beberapa waktu lalu, akun twiiter salah satu bagian dari Kampus Gajah Barat mengunggah cuitan tentang child free yang yaa tentu saja jadi sasaran empuk e-wadon, e-girl, SJW feminisme, dan sejenisnya. Lalu, kira-kira pandanganku tentang itu, bagaimana?

Sejujurnya, aku sudah sampai pada tahap berpikir,"Allah tidak sesaklek itu kepada hambaNya. Dan tidak ada satu pun yang bisa menghakimi segala hal di dunia ini, kecuali memang dalil tersebut benar telah ditetapkan." Aku tidak punya dasar agama yang kuat (yak, meskipun ortu dari Fakultas Tarbiyah, anaknya yang ini outliers sekali alias, melenceng), tapi aku yakin bahwa untuk meraih ridho Allah, kita tidak bisa menghakimi cara seseorang beribadah pada Tuhannya. 

Aku mulai berpikir tentang kemungkinan child free ini. Aku tahu bahwa kondisi yang aku hadapi saat ini mungkin bukan hal yang patut untuk terlalu dipermasalahkan, but it takes a lot of energy. Aku saat ini benar-benar berusaha menempatkan pandanganku dari kedua sisi, memahami akan sisi lemah dan kuat masing-masing. Setelah banyak berpikir, aku mendapat kesimpulan, dan hal yang akan terus aku simpan hingga saat nanti, aku sudah menjadi calon orang tua. Here you go:

Ya Allah, engkau yang maha mengetahui kondisi dan sebaik-baik perencana. Jika dengan segala hal yang sudah terjadi, memiliki anak hanya akan membuatnya sebagai anak yang tidak berbahagia di dunia, maka sebaik-baik rencanaMu akan dengan lapang dada aku terima. Namun, jika memang aku mampu, jadikanlah kami sebaik-baiknya orang tua bagi siapapun nanti yang engkau berikan kepada kami.

Terdengar klise, dan ini bukan jawaban atas pertanyaan, mendukun child free atau tidak. Kita semua sudah berada di umur yang dewasa. Memang, dewasa bukan mengenai jumlah kepala atau banyaknya usia, tapi hendaknya kita bisa saling menghargai keputusan yang dipilih masing-masing orang. Kita kembalikan pada prinsip bahwa masing-masing orang memiliki tingkat kepuasannya masing-masing yang tidak dapat dipaksakan antar satu orang dengan yang lainnya. Kita seyogyanya berpikir bahwa segala hal dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan, sehingga kita tidak berhak untuk meneka sesama kita memiliki pandangan yang sama. 

Hal yang aku persiapkan saat ini bukanlah menentukan aku mau child free atau tidak. Tapi menyiapkan keduanya, apakah aku siap jika takdir terbaik Allah adalah child free? atau siapkah aku jika nantinya, Allah memberikan amanah yang besar dengan hadirnya anak di hidupku? Kesiapan mental menghadapi keduanya yang menurut harus jadi titik berat kita saat ini. Tidak hanya itu, bagaimana kita menjaga dan menghormati keputusan satu sama lainlah yang justru lebih utama dari segalanya.

Akhir kata, mohon maaf kalau postinganku jarang pakai sumber atau sitasi. Calm man, blog ini bukan artikel yang harus dipublish ke jurnal ahahah BUT ANYWAYS, speaking of article, Alhamdulillah salah satu artikelku sedang dalam tahap penerbitan. Seneng banget rasanya, finally ada satu hal yang bisa kubanggakan hahaha. 

 Pesanku, kita ini sudah berada di masa muslim menjadi buih-buih di lautan. Lihat aja gimana para buzzer, orang-orang antar golongan saling menyerang, bahkan termakan hoaks hoaks gaje yang entah deh, kok bisa ya kepikiran kaya gitu hahaha. Ayo kita saling menghormati, dan lebih mengutamakan bagaimana umat islam ini mau dibawa kemana kedepannya. Jiakhhhh sok ustadzah! :D

Terakhir, sepertinya aku bakal update mengenai perjalanan, tahapan, dan pengalamanku mendaftar serta kuliah di Magister Sains Ilmu Ekonomi UGM. Semoga, aku bisa segera menyelesaikan tanggungan dan bebasss buat bikin blog post ahaha. Terima kasih sudah membaca postingan tidak berguna ini.

Wassalamualaikum wr wb 


0 komentar:

Posting Komentar