Selasa, 08 Mei 2018

Structure, Conduct, Performance Industri Kertas Tisu di Indonesia

Assalamualaikum wr wb....
Yep, saya mau berbagi beberapa tugas yang pernah saya kerjakan semasa kuliah (menuju tahu terakhir di kampus wkwk) dimulai dari tugas industri ini^^

FYI, beberapa data disini seperti harga dll saya cari sendiri, survei di supermarket di Surabaya! Tapi untuk produktivitas dll, saya dapat dari dosen saya berupa data mikro dan pembagian PSID dll bisa dilihat di KBLI, saya lupa antara KBLI 2013 atau 2015. Full document beserta perhitungan CR dll bisa dilihat di link ini, segera saya update!

Dimohon untuk memasukan referensi ini ya, saling menghargai karya ilmiah masing masing:)

Zakia, Arivia F. (2017). Structure Conduct Performance Industri Kertas Tisu (DISIC 17091)


17        INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS
            Industri yang termasuk golongan pokok ini mencakup industri pembuatan bubur kayu, kertas, dan produk kertas olahan. Pembuatan dari produk-produk tersebut dikelompokkan bersama karena merupakan satu rangkaian proses pengolahan yang berkaitan.
170      INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS
            Golongan ini mencakup pembuatan bubur kertas yang dikelantang, semi kelantang atau tidak dikelantang dengan proses mekanik dan serat kimiawi, pemisahan tinta dan pembuatan bubur kertas dari limbah kertas, jasa pembuatan kertas dan papan kertas yang ditujukan untuk pengolahan lebih lanjut.
1709    INDUSTRI BARANG DARI KERTAS DAN PAPAN KERTAS LAINNYA
17091 INDUSTRI KERTAS TISSUE
            Kelompok industri ini mencakup usaha pembuatan kertas untuk kertas rumah tangga, kertas kebersihan pribadi dan barang kertas kapas selulosa, seperti tisu pembersih, facial tissue, toilet tissue, lens tissue, sapu tangan, handuk, serbet, kertas toilet, napkin dan napkin untuk bayi dan cangkir, piring dan baki dan usaha pembuatan kertas kapas dan barang dari kertas kapas, seperti handuk/lap, tampon dan sebagainya dan kertas sigaret dan cork tipping paper.
A.    Structure Industri Kertas Tisu
            Karakteristik struktural industri kertas relatif berubah secara lambat. Berikut ini analisis variabel struktur dalam industri kertas tisu, antara lain:
1.      Number of Seller
            Berdasarkan data survei tahunan perusahaan industri manufaktur tahun 2009, terdapat 34 perusahaan dalam industri kertas tisu. Industri kertas tisu tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti dua perusahaan di Sumatra Utara, empat perusahaan di Riau, tujuh perusahaan di Jawa Tengah, tujuh perusahaan di Jawa Barat, enam perusahaan di Banten, delapan perusahaan di Jawa Timur. Industri kertas tisu masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan sebagian kecil berada di Pulau Sumatra.


2.      Entry and Exit Condition
            Kelompok industri kertas tisu terdiri dari berbagai sub, yaitu tisu pembersih, facial tissue, toilet tissue, lens tissue, sapu tangan, handuk, serbet, kertas toilet, napkin dan napkin untuk bayi dan cangkir, piring dan baki dan usaha pembuatan kertas kapas dan barang dari kertas kapas           . Dalam sub-kelompok facial tissue¸ kondisi keluar masuk perusahaan cenderung ketat. Pasar yang telah mengenal beberapa merek tisu wajah saja menjadi hambatan bagi produsen kertas tisu yang ingin masuk ke pasar. Namun, seiring dengan permintaan dan pangsa pasar kertas tisu di Indonesia yang terus tumbuh, saat ini banyak perusahaan yang memasuki industri ini, baik di sub-kelompok napkin tissue atau tisu toilet yang relative lebih mudah untuk masuk.
            Berkaitan dengan kondisi keluar, saat ini perusahaan kertas tisu yang menjadi anggota Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia berjumlah 16 perusahaan. Beberapa perusahaan dari 34 perusahaan di industri ini tidak bergabung dengan APKI, dan beberapa diantaranya keluar dari pasar atau mengalami kesulitan usaha. Salah satu contoh perusahaan yang sedang berusaha kembali ke pasar dan memperbaiki masalah finansialnya adalah PT Kertas Leces. Pada tahun 2015 lalu perusahaan memutuskan untuk memberhentikan beberapa produksinya dan beberapa karyawan menuntut hak hak mereka. Di tahun yang sama, manajerial PT Kertas Leces menunjuk tim transisi yang terdiri dari 22 orang untuk menangani masalah financial yang belum sepenuhnya tertangani.
3.      Product differentiation
            Produk dalam industri kertas tisu memiliki bentuk, karakteristik, dan ukuran yang hampir sama. Seperti napkin tissue yang umumnya berbentuk segi empat, tisu wajah yang berbentuk persegi panjang, tisu toilet berbentuk rol, dan sebagainya. Diferensiasi produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam industri kertas tisu adalah packaging, dan branding (pembahasan lebih lanjut terdapat pada bagian Conduct-product design, branding, advertising and marketing) yang menjad pembeda dan ciri khas yang mudah dikenali oleh konsumen.
4.      Vertical Integration and Diversification
   Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan dalam industri kertas mengurangi produksi kertas alat tulisnya. Hal ini dikarenakan pangsa pasar dan permintaan kertas alat tulis seperti HVS dan lain lain mulai berkurang, sehingga produsen kertas alat tulis mulai mengurangi produksinya dan melakukan diversifikasi produk ke kertas pembungkus makanan dan tisu. Menurut Tim Ahli Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia Misbahul Huda (Surabaya Bisnis:2017), diversifikasi yang dilakukan mencapai angka 10% hingga 20% sebagai akibat dari penurunan pangsa pasar kertas alat tulis rata-rata 5% dan pertumbuhan permintaan kertas tisu 5% sampai 6% pertahun.
Selain diversifikasi produk dari kertas alat tulis ke kertas tisu, beberapa perusahaan dalam industri kertas tisu juga melakukan vertical integration, salah satunya adalah Asian Pulp&Paper, anak perusahaan Sinarmas Group. Asian Pulp&Paper memiliki beberapa anak perusahaan yang memproduksi bubur kertas (pulp), kertas tisu, dan lain lain sehingga dalam memproduksi kertas tisu menggunakan bubur kertas dari perusahaan yang berada dalam satu grup.

B.     Conduct
1.      Business Objectives
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan profit atau laba. Secara khusus, beberapa  perusahaan di industri kertas ini memiliki tujuan lain seperti PT The Univenus, PT Pindo Deli Paper & Pulp, dan PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry (Grup Sinarmas) yang memiliki tujuan konservasi dan pelestarian lingkungan, Selain itu, tujuan bisnis perusahaan adalah mengembangkan research and development agar produk kertas yang dihasilkan lebih murah dan lebih rmah lingkungan.
2.      Pricing Policies
            Hasil perhitungan Concentration Ratio (Lampiran 1) menunjukkan bahwa struktur pasar industri kertas tisu cenderung oligopoly ketat. Dalam pasar oligopoli, terdapat market leader yang menentukan harga, salah satunya pada sub-kelompok tisu wajah. Tisu dengan harga jual tertinggi hampir di semua toko maupun supermarket adalah Paseo (PT Pindo Deli Paper & Pulp, anak perusahaan Asia Pulp & Paper) dan Tessa (PT Graha Kerindo Utama, anak perusahaan Kompas Gramedia). Dua produk ini menguasai pangsa pasar tisu Indonesia karena telah dikenal luas oleh masyarakat. Produk tisu lain seperti Montiss (PT Sopanusa Tissue & Packaging Sarana Sukses) dan Nice (PT The Univenus) memberikan harga produk dibawah Paseo dan Tessa.
            Hal yang sama juga terjadi pada sub-kelompok tisu roll (bathroom) tisu perjalanan (berisi antara 80-200 lembar perpak) dan tisu poket. Paseo dan Tessa tetap menjadi price leader dengan harga tertinggi diantara tisu yang mudah dibeli di pasaran. Namun, sedikit berbeda pada napkin tissue, market leader sulit ditemui, karena persaingannya tidak seketat tisu wajah dan tisu rol.
3.      Product design, branding, advertising and marketing
Seperti yang telah dijelaskan pada diferensiasi produk (Halaman 2) ukuran dan produk dari industri ini hampir sama, tisu dengan fungsi utama yang berbeda. Salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan terletak pada desain produk. Desain produk disesuaikan dengan hal hal yang sedang menjadi tren di masyarakat. Salah satu contohnya adalah Tessa dan Paseo dengan desain produk menggunakan karakter dalam film animasi. Disisi lain, tisu Nice dan Jolly memiliki desain produk yang biasa, hanya dengan kombinasi warna dan bentuk. Terkait pula dengan branding, Paseo memiliki tisu dengan desain anak bebek sehingga kesan dari Paseo adalah lembut. Tessa memiliki desain bunga, yang bertujuan hampir sama dengan Paseo yaitu branding ke konsumen bahwa tisu Tessa lembut dan wangi seperti bunga.
Perusahaan tisu juga melakukan advertising melalui iklan di televisi dan media lainnya. Strategi pemasaran yang digunakan diantaranya promosi ke konsumen atau bekerja sama dengan minimarket atau supermarket untuk memberikan potongan harga. Selain itu, untuk meningkatkan produksi dan penjualan, perusahaan mengadakan kerjasama dengan private label seperti tisu Alfamidi yang memiliki produk tisu yang diproduksi PT Univenus dan tisu Carrefour yang diproduksi oleh PT Sopanusa Tissue & Packaging Sarana Sukses.
4.      Merger
Meskipun produk yang dihasilkan cenderung sama atau memiliki kemiripan, beberapa perusahaan dalam industri kertas tisu melakukan merger. Perusahaan dalam industri kertas tisu yang melakukan horizontal merger adalah PT Graha Cemerlang Paper Utama dan PT Graha Kerindo Utama yang berada dalam Grup Kompas Gramedia serta PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry, PT Pindo Deli Paper & Pulp, dan PT The Univenus yang tergabung dalam Asia Pulp & Paper milik Grup Sinarmas. Dengan adanya merger di kedua grup ini, konsentrasi penjualan dan pangsa pasar sebagian besar dimiliki oleh kedua grup.

C.    Performance
1.      Profitability
Total profit yang didapatkan industri tisu berdasarkan data survai tahunan manufaktur tahun 2009 adalah 597.085.359 (dalam ribuan rupiah). Profit terbesar diperoleh perusahaan dengan PSID 15008 sebesar Rp 111.314.788.000 (sekitar 111, 3 milyar rupiah) dan perusahaan dengan keuntungan terendah adalah PSID 53751 sebesar Rp 84.514.000 (sekitar 84,5 juta rupiah). Perusahaan dengan rasio profit terhadap output tertinggi adalah PSID 22413 sebesar 73,624 persen, lalu PSID 36623 sebesar 67,546 persen dan PSID 36623 sebesar 61,365 persen.
2.      Productivity
Nilai produktivitas per pekerja didapatkan dari Output dibagi dengan jumlah pekerja. Total produktivitas pekerja rata rata (Average Productivity of Labor APL) industri kertas tisu adalah Rp 1.124.493.000 per pekerja atau dapat disimpulkan bahwa setiap pekerja dalam industri kertas tisu menghasilkan output sebesar 1,12 milyar rupiah per tahun. Salah satu penyebab produktivitas tenaga kerja yang tinggi adalah penggunaan mesin mesin dalam produksi dan bersifat padat modal.

0 komentar:

Posting Komentar